BWC Launching Bank Sampah Bernilai Ekonomis di Banjar Abiantimbul Denpasar

7 min read

Gandeng IPRO

DENPASAR,SERBIBALI.COM-Permasalahan sampah menjadi sangat kompleks dan harus segera ditangani dengan serius. Terkadang, banyak masyarakat yang sudah memiliki kesadaran untuk memilah sampah, akan tetapi, tidak ada yang mengkoordinir. Cara yang paling tepat untuk mengkoordinir pengumpulan sampah ini, melalui desa atau banjar-banjar, seperti pelaksanaan Launching Bank Sampah Asti Arsa Pertiwi di Banjar Abiantimbul, Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, pada Minggu (31/10/2021).

Kelian Dinas/Kadus Banjar Abiantimbul, Denpasar, I Nyoman Tenaya mengakui pihaknya berinisiasi mengelola sampah dengan bersinergi bersama BWC (Bali Waste Cycle) dan Yayasan Bakti Bumi Lestari serta IPRO (Indonesia Packaging Recovery Organization) atau Yayasan Pemulihan Kemasan Indonesia.

Diakuinya, kegiatan Launching atau Pengenalan Bank Sampah ini, dilatarbelakangi permasalahan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang sudah mengalami overloud dan kondisi realnya sangat mengkhawatirkan. Hal ini berarti pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berjalan dengan baik dan perlu mendapat prioritas utama, dengan membentuk TPS-3R (Tempat Pengolahan Sampah -Reduce Reuse Recycle).

Bahkan, pihaknya berinisiatif mengurangi sampah plastik dengan cara pembuatan Bank Sampah, yang disebut Bank Sampah Asti Arsa Pertiwi.

Maka dari itu, pihaknya sudah berkomunikasi intens dengan Bali Waste Cycle atau disingkat BWC, untuk membantu dan mendampingi dalam sosialisasi tentang pengetahuan pengolahan sampah.

“Sekarang, 31 Oktober 2021, Bank Sampah Asti Arsa Pertiwi Banjar Abiantimbul kita buka perdana dan tetap didampingi serta dibimbing Bali Waste Cycle,” ungkap Nyoman Tenaya.

Sementara itu, Direktur BWC (Bali Waste Cycle) Olivia Anastasia Padang menyatakan, bahwa pihaknya sebagai salah satu anggota APSI (Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia) hadir ditengah-tengah warga di Banjar Abiantimbul Denpasar melakukan edukasi, pendampingan dan pengumpulan limbah domestik dari sumbernya. Dalam hal ini, BWC membantu pengolahan sampah, dimulai dari program sosialisasi, pembentukan pengurus hingga pelaksanaan Bank Sampah.

Olivia menjelaskan, BWC berupaya berorientasi dalam pengolahan sampah untuk Bali yang aman, bersih dan indah, yang menjadikannya Solusi Sampah Bali. Pasalnya, BWC mengambil segala jenis pengolahan sampah dari hulu hingga hilir.

Lebih lanjut, dijelaskan, hasil-hasilnya berupa pemilahan sampah ini, kemudian, akan diambil alih oleh BWC, untuk dilakukan pengolahan dan memastikan, bahwa barang-barang ini akan terdaur ulang dengan baik dan tidak menjadi terbuang kembali.

Menurut Olivia, BWC mengambil barang-barangnya, yang kemudian, dibawa ke tempat pengolahan sampah di Cargo Denpasar. Selanjutnya, barang-barang ini, akan disortir kembali menjadi jenis-jenis tertentu, yang kemudian dikirimkan ke Off Taker, yang memang keberadaan pabrik-pabrik daur ulangnya berada di Bali dan Jawa.

Bahkan, pihak BWC benar-benar memastikan, bahwa limbah-limbah plastik ini, terdaur ulang dan kembali menjadi produk yang berguna, untuk digunakan kembali.

“Ada beberapa barang yang juga saat ini, sedang trend. Jadi, kita melakukan up recycling, dalam bentuk pembuatan papan atau tripleks plastik yang bisa dijadikan furniture dan barang-barang lainnya,” terang Olivia.

Kemudian, Olivia menambahkan, BWC bisa berperan sebagai “Save of Taker” yang mengambil hasil pemilahan sampah, agar bernilai ekonomis. Bahkan, diakuinya, BWC mengambil semua jenis sampah, baik yang bernilai ekonomis maupun sampah yang tidak bernilai ekonomis, contohnya stereoform dan multi layer.

“Itu kita semua ambil, tidak memilih-milihlah. Namun, tetap masing-masing mempunyai daftar harga, dimana terdapat harga untuk masing-masing jenis sampah yang ada tersebut. Kita berikan harga berbeda-beda, karena, salah satunya juga supaya sebenarnya nilai ekonomis ini memiliki kesadaran untuk memilih, dimana, sejak mereka bisa memilah sampah dengan baik di rumah, pada saat disetorkan kepada Bank Sampah maupun disetorkan pada BWC, maka harga yang didapat akan lebih tinggi untuk mereka,” tambahnya.

Sementara itu, GM Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO), Martini mengungkapkan, IPRO yang disebut Yayasan Pemulihan Kemasan Indonesia merupakan yayasan nirlaba yang diinisiasi oleh industri-industri, terutama industri yang menghasilkan produksi bersama kemasan yang akan terdelivered di lapangan.

Adapun perusahaan itu, disebut bernama Coca Cola, Danone, Indofood, Nestle, Sampoerna, Tetra Pak dan Unilever. “Kita harapkan di tahun-tahun mendatang, banyak industri pemegang merek maupun retainer bisa joint kegiatan IPRO,” ujar Martini.

Lanjut Martini, saat kegiatan “Launching atau Pengenalan Bank Sampah” yang berada di Banjar Abiantimbul, Denpasar, pihak IPRO bekerjasama dengan BWC (Bali Waste Cycle) yang dipimpin dan dikelola oleh Olivia Anastasia Padang bersama Putu Ivan Yunatana. Bahkan, pihaknya melakukan gerakan secara aktif di lapangan, dengan cara mengumpulkan dan memberikan pemahaman kepada pihak Banjar Abiantimbul dan juga Desa Pemecutan Kelod, untuk bisa mengelola sampah mereka secara mandiri, agar bisa memberikan hasil, baik secara ekonomi, sosial maupun lingkungan.

“Tadi, saya bertemu dengan Perbekel Pemecutan Kelod dan Kelian Banjar Abiantimbul disini. Mereka juga membentuk kader-kader yang berasal dari pemuda pemudi desa, untuk bisa sebagai pengelola aspek sektor persampahan.

Tidak kalah pentingnya, keterlibatan pemuda dan pemudi, yang selain bisa mengelola sampah, diharapkan juga bisa melakukan kegiatan penyadaran pada masyarakat akan pentingnya memilah sampah mulai dari sumbernya.

“Ini diharapkan dari pihak kami, juga ada pemilahan sampah dan tetap memberikan manfaat peningkatan kualitas kemasan, pasca konsumsi di tingkat masyarakat. Harapan kedepannya, agar warga lebih banyak lagi memilah sampah,” jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, Perbekel Pemecutan Kelod, I Wayan Tantra, SH., sangat mengapresiasi acara “Launching Bank Sampah”, dengan adanya pengumpulan dan pemilahan sampah dari sumbernya.

Selain itu, Wayan Tantra menyebut melalui Bank Sampah telah dibuatkan buku tabungan, yang nantinya, bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, dalam rangka pemilahan sampah dari sumbernya, yang berpijak pada Pergub (Peraturan Gubernur) Bali Nomor 47 tahun 2019. Mengingat, tahun 2022 TPA (Tempat Pembuangan Akhir) akan ditutup dan hanya diperbolehkan membuang sampah residu. Sementara, sampah organik dan sampah anorganik diusahakan diproses di masing-masing desa, yang sesuai arahan Gubernur Bali, Wayan Koster dan Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara akan dibentuk TPS-3R.

“Kami di Desa Pemecutan Kelod, pada saat ini, kami telah memproses pembentukan TPS-3R. Tetapi, sayangnya lahannya tidak begitu besar, karena, kami diberikan lahan hanya 530 meter persegi atau 5,3 are. Kami sedang berproses dan pematokan lahan sedang berjalan. Begitu juga pemesanan alat-alat sudah kami pesan. Semoga TPS-3R bisa berkelanjutan. Saat itu, kami akan bekerjasama dengan banjar-banjar. Makanya, kami akan arahkan semua banjar yang belum terbentuk Bank Sampah, agar dibentuk Bank Sampah untuk memudahkan dari pihak TPS-3R itu, dalam pengumpulan sampah dan kami akan beli. Kami pun di desa akan membuat suatu aplikasi tentang penyaluran sampah itu sendiri. Bahkan, kami dalam aplikasi itu sendiri, nanti masyarakat akan kita kasi poin. Nanti, di poin itu, masyarakat maunya minta beras, gula ataupun minyak dan lain sebagainya, mungkin misalnya kompor. Bentuk uang juga silakan,” terangnya.

Di akhir acara, Direktur BWC, Olivia Anastasia Padang sangat mengapresiasi warga Banjar Abiantimbul, Denpasar yang bersemangat memilah sampah plastiknya sebagai upaya mengurangi penggunaan plastik. Mengingat, sampah plastik yang tertimbun bisa sampai ratusan tahun, baru bisa terurai dengan baik.

“Kami berharap, semakin banyak warga dan semakin banyak dari Bank Sampah Asti Arsa Pertiwi Banjar Abiantimbul mempunyai nasabah. Selain itu kedepannya, kita berharap, dengan terus membuat contoh-contoh Bank Sampah yang berhasil di banjar-banjar dan desa-desa, sehingga di tempat-tempat lainnya, pada akhirnya mengikuti inisiasi yang sudah berjalan dan berhasil ini. Kedepannya, juga kami berharap, Bali menjadi lebih bersih, lebih indah dan juga utamanya bebas dari sampah plastik,” pungkasnya.

Kemudian, Perbekel Wayan Tantra menyarankan kepada masyarakat, khususnya di Desa Pemecutan Kelod, agar dilakukan pemilahan sampah pada sumbernya, yang sudah dimulai dari sekarang hingga seterusnya.

Disebutkan, sampah itu, bukan merupakan suatu barang yang menjijikan. Akan tetapi, sampah adalah suatu barang yang bisa bernilai guna dan mendapatkan nilai ekonomis. “Dengan demikian, sampah itu sudah bisa diuangkan,” tutupnya.

Bahkan, tak henti-hentinya, Kelian Dinas Banjar Abiantimbul Denpasar, I Nyoman Tenaya mengingatkan, persoalan sampah dimulai sejak usia dini sebagai upaya mendidik anak-anak bisa memilah sampah, sekaligus orangtuanya juga mengetahui sistem pemilahan sampah organik dan sampah anorganik. “Kami terus bersosialisasi dan mengedukasi warga supaya mau memilah sampah,” terangnya.ace

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours