DENPASAR,SERBIBALI.COM-Generasi muda milenial yang disebut generasi Z, terkadang “sing ngeh, sing rungu” atau tidak pernah mau untuk belajar adat budaya Hindu di Bali. Ketika generasi Z telah memiliki apa yang telah ada dan tidak mau melanjutkannya serta asyik dengan kondisi zaman gadget atau smartphone seperti sekarang ini, menjadi pemicu punahnya adat budaya Hindu di Bali. Makanya, generasi Z harus mengedukasi dirinya tentang adat budaya Hindu, yang menyesuaikan dengan kondisi modern terkini yang berteknologi digital, agar bisa menjadi hal yang selaras.
Terkait tidak punahnya adat budaya Hindu di Bali, dikarenakan, adanya Khayangan Tiga dan Merajan. Jika Betawi di Jakarta bisa saja punah atau tersingkirkan, karena tidak memiliki Khayangan Tiga dan Merajan. Logika bermain disebutkan, generasi Z terus belajar setinggi-tingginya hingga keluar negeri. Suatu saat punya keinginan “kangen” pulang kampung sembahyang ke Merajannya. Berarti ada rasa rindu pulang kampung ke Bali. Begitu juga, ketika pensiun, akan kembali ke tanah wayah atau Khayangan Tiga dan Merajan. Berarti, sehebat apapun itu, Krama Bali tidak akan bisa meninggalkan apa yang menjadi warisan leluhurnya. Itu sebagai salah satu contoh pondasi yang diberikan oleh leluhur kita, supaya tetap eling dengan jatidirinya sebagai manusia Bali.
Demikian diungkapkan Dekan FKIP Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, Dr. Komang Indra Wirawan, S.Sn., M.Fil.H., saat menjadi pembicara dalam Webinar Nasional yang diselenggarakan FPK-KMH (Forum Pembinaan Kerohanian- Kesatuan Mahasiswa Hindu) STIKI Indonesia, bertempat di Aula Kampus STIKI Indonesia, Denpasar, pada Minggu (14/11/2021).
Lebih lanjut, Wakil Ketua PHDI Denpasar Sub Bidang Keagamaan sekaligus selaku Staf Ahli Kebudayaan Pariwisata Ekonomi Kreatif dan juga Ketua Yayasan Gases Bali ini, menyampaikan, bahwa dunia digitalisasi memang patut dipelajari, agar tidak tergerus arus globalisasi. Namun, dijelaskan, generasi Z jangan sampai hilang spirit jatidirinya sebagai manusia Bali, khususnya menjaga dan melestarikan terkait adat budaya Hindu di Bali. “Kalau bukan kita siapa lagi yang melestarikannya,” tegasnya.
Disebutkan, Generasi Z boleh saja mengkolaborasikan sebuah art atau seni untuk berevolusi dan berinovasi dalam jenis dan bentuk apapun. Namun, Tattwa, Susila dan Upacara jangan sampai dilupakan.
“Tattwa itu berarti pemahaman dan filosofi. Sementara, Susila berarti etika atau perilaku serta Upacara sebagai bagian dari seremonial. Inilah Kebersamaan yang jangan sampai lupa dengan keberadaannya. Begitu Anda lupakan, maka Anda tidak akan menjadi orang yang metaksu,” tuturnya.
Lanjutnya, untuk mencari Taksu dan mengenal jatidirinya, perlu sebuah proses. Untuk itu, generasi Z diharapkan, banyak mengerti dan memahaminya, sekaligus sebagai motivator pelaksana langsung dalam melestarikan adat budaya Hindu di Bali. Karena, saat ini, telah terjadi pergeseran adat budaya Bali yang banyak melenceng. “Itu sangat disayangkan. Jika itu dihilangkan begitu saja, otomatis kehilangan jatidiri. Oleh karena itu, jangan siakan-siakan Merajan, termasuk Khayangan Tiga, agar selalu tetap dipelihara dan dilestarikan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, dipaparkan, Konsep Agama Hindu adalah tapak dara, yang berarti hubungan keatas, hubungan kesamping dan hubungan kebawah harus selaras dan harmonis, yang ternyata, telah berakar sangat kuat.
“Jangan sibuk nyari Bethara, juga jangan sibuk nyari Dewa, akan tetapi, kadang-kadang carilah Dewi, karena Dewi itu, hubungan emosional kita yang telah diberikan jalan, untuk tetap melestarikan adat budaya Bali. Agar selaras, kombinasikan adat budaya Hindu di Bali dengan teknologi digital terbaru yang ada saat ini,” terangnya.
Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua Panitia, I Ketut Yoga Ardana Putra menyatakan, bahwa Webinar Nasional yang mengambil tema “Pentingnya Peran Generasi Muda dalam Menjaga dan Melestarikan Adat Budaya Hindu di Bali” ini, merupakan agenda kegiatan yang pertama kali digelar kepengurusan periode 2021/2022, dengan menghadirkan pembicara Dr.Komang Indra Wirawan, S.Sn.,M.Fil.H yang berlatar belakang sebagai Dekan FKIP Universitas PGRI Mahadewa Indonesia dipandu Moderator, Ni Putu Juni Rahayu Dewi.
Turut hadir, Bidang Kemahasiswaan STIKI Indonesia, Dewa Putu Yudhi Ardiana, S.Kom.,M.Pd., dan Pembina FPK-KMH STIKI Indonesia, Dr. I Kadek Budi Sandika, S.T.,M.Pd.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia, I Ketut Yoga Ardana Putra menyampaikan, bahwa Webinar Nasional dilakukan secara online melalui media Zoom Meeting dan digelar offline. Sementara itu, disebutkan, jumlah pesertanya diikuti 340 orang meliputi 70 peserta offline dan 270 peserta online.
Menurutnya, Webinar Nasional merupakan program kerja FPK-KMH STIKI Indonesia yang bertujuan, meningkatkan kesadaran mahasiswa menjaga adat budaya Hindu di Bali, sekaligus menambah dan memupuk jiwa untuk melestarikan budaya Hindu di Bali.
Lanjutnya, Webinar Nasional diadakan untuk memberikan pengetahuan akan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga dan melestarikan adat budaya Hindu di Bali.
“Kegiatan Webinar Nasional kami lakukan sebagai bentuk kepedulian kami, FPK-KMH STIKI Indonesia terhadap budaya Hindu di Bali, yang mulai meniru budaya barat,” ungkapnya.
Maka dari itu, pihaknya dari FPK-KMH STIKI Indonesia menggelar Webinar Nasional yang juga bertujuan, untuk menyadarkan kembali generasi muda, agar melestarikan budaya Hindu di Bali, sekaligus mempertajam wawasan generasi muda yang lebih berkualitas, kritis dan positif. Untuk menjadi generasi Z yang berkualitas, lanjutnya, individu terlebih dahulu dilatih dengan pemahaman-pemahaman mengubah cara pandang generasi muda terhadap adat budaya Hindu dan bersedia ikut serta untuk melestarikannya.
Melalui Webinar Nasional ini, pihaknya berharap, agar ilmu yang disampaikannya, dapat dipahami dan diterapkan dalam hal yang positif, khususnya melestarikan adat budaya Hindu di Bali.
Diakhir acara, pihaknya mengadakan kuis yang berisi 10 (sepuluh) pertanyaan terkait topik Webinar Nasional. Bahkan, pihaknya memberikan hadiah bagi 5 (lima) peserta yang berhasil menjawab kuis dengan skor tertinggi. “Hadiah diberikan untuk 10 (sepuluh) pemenang berupa voucher atau pulsa dan sejumlah uang tunai,” pungkasnya. ace
+ There are no comments
Add yours