Kembangkan Produk Lokal Kualitas Internasional

5 min read

Breman Bar & Restaurant Kini Hadir di Pantai Keramas Gianyar Bali

GIANYAR,SERBIBALI.COM-Pabrik bir yang dibangun di Jalan Pantai Keramas, Blahbatuh, Kabupaten Gianyar mengusung merek bernama Breman.

Owner Breman Brewery, Budi Prasetyo atau akrab disapa Yoyo didampingi Wapresdir Breman, Yonathan Febrian Tanjung menyampaikan, bahwa merek Breman diambil dari kata Sansekerta kuno disebut Bremantia yang artinya spirit atau semangat.

“Sebenarnya, yang ingin dilakukan adalah membuat produk yang bisa mengapresiasikan spirit dan culture dari Indonesia, khususnya Bali. Banyak orang yang suka salah, dikiranya Breman itu berarti negara Jerman,” terang Wapresdir Breman, Yonathan Febrian Tanjung, saat diadakan media gathering bersama rekan-rekan media, pada Kamis (21/4/2022).

Untuk taglinenya, Febrian Tanjung menyebutnya “The Distinctive Spirit of a Culture” dan juga memakai burung Jalak Bali sebagai logonya.

“Kita memang mau mengemban spirit dari culture Indonesia, khususnya Bali. Kita benar-benar mengembangkan produk lokal banget, tapi yang terlihatnya internasional. Kita ingin perlihatkan karya anak bangsa yang bisa bikin produk bir dengan kualitas internasional. Produk lokal, tapi tidak kalah dengan produk internasional, rasa dari luar negeri dan brew masternya pun orang Indonesia, yang sekolah di Jerman dan benar-benar mereka mengambil bir buatan lokal karya anak bangsa owner dan dibuat oleh anak bangsa sendiri,” bebernya.

Selain mengusung konsep Bar & Restaurant, Breman bercita rasa fresh beer yang berbeda dengan produk bir lainnya. Dijelaskan, Breman memiliki tiga varian meliputi Breman Terang, Breman Gelap dan Mansion. Untuk makanan, Breman Bar & Restaurant menghadirkan sajian otentik Bali, yang bisa dipadukan sembari menikmati bir.

Terkait investasi dana di Bali, pihaknya menyebutkan Bali sebagai tempat yang sangat cocok, untuk membuat produk yang internasional, namun, menjunjung tinggi kearifan lokal.

“Dimana lagi, tempat yang cocok di Indonesia yang isinya itu lokal, domestik maupun internasional ya cuma di Bali. Karena Bali merupakan destinasi pariwisata dan disini pun, saya rasa untuk produk minuman alkohol, bir itu paling cocok di Bali, untuk memulai pertama. Selain itu, air di Bali bagus untuk produksi bir, terutama di daerah Keramas, karena berasal dari mata air Selukat,” ujarnya.

Untuk itu, pihaknya membangun ide dan sangat visioner, untuk membuat pabrik bir di Bali bersamaan dengan masa pandemi Covid-19.

“Sialnya itu, saat mau buka pabrik bir malah terkena masa pandemi Covid-19. Rencana bukanya itu, bulan April 2020. Saat bulan Maret 2020 semuanya berantakan. Jadinya, kita survival atau bertahan agar tetap jalan saja. Instalasi mesin delay dan segala macam, terus akhirnya, kita start, untuk pertama kalinya di Oktober 2020. Kita pelan-pelan, yang penting, orang jangan sampai lupa, bahwa kita itu masih ada disini. Sekarang, sudah mulai kelihatan, terutama April ini, Bali kelihatannya sich, sudah mulai menuju recovery dan baru saat ini mengundang rekan-rekan media untuk membagikan informasi tentang produk kami,” tandasnya.

Terkait bahan utamanya barley atau gandum, pihaknya membandingkan dengan Jepang yang mencampurkan beras kedalam birnya. Namun, beras tersebut, tipikal rasanya tawar.

“Rasa beras manis, tapi tidak ada rasa yang lain. Jadi, jika kita menggunakan beras, hasilnya nanti malah rasanya seperti sake.
Kalau bahan lainnya yang bisa digunakan produk lokal itu, sebenarnya sorgum. Bahkan di Afrika, mereka bikin bir dari sorgum, walaupun alkoholnya lebih rendah, sekitar 2-3 persen. Ada bir yang dari sorgum, cuma dalam skala yang besar itu, tak ada yang lebih baik dalam bentuk malt,” tegasnya.

Oleh karena itu, Febrian Tanjung menambahkan, pihaknya membuat bir itu, harus melalui proses yang namanya malting, dimulai dari biji menuju kecambah dan ditengah jalan, pertumbuhannya dihentikan hingga proses pengeringan.

Lanjutnya, hal ini dilakukan, untuk mengubah serat-serat didalam biji menjadi gula, dikarenakan, gula ini yang diambil untuk proses fermentasi, yang berfungsi mendapatkan rasanya dari gula tersebut.

“Belum ada yang membuat sorgum malt disini. Kita tidak pakai sorgum, tapi, pakai barley,” imbuhnya.

Dikatakan, saat berada di Jerman, kalau membuat produk bir berkualitas, hanya diperbolehkan memakai bahan-bahan berupa air, ragi, hopes dan malt.

“Dengan empat bahan tersebut, hasilnya benar-benar luar biasa banget. Variannya banyak dan setiap varian benar-benar spesial. Kemudian, ada market dan Denpasar sudah mulai berkembang, sejak tahun 2016-2017, karena mulai banyak masuk produk bir impor. Ada celah disitu, kita mulai mencobanya,” terangnya.

Untuk kapasitas produksinya, pihaknya menyebutkan dalam 24 jam bisa menghasilkan 12 ribu liter bir.
Untuk pemasarannya di Bali, ungkapnya, produk birnya masih beredar di seputaran Canggu. Namun, kini, Breman telah mulai merambah ke Jakarta.

Sebagai minuman beralkohol, Febrian Tanjung mengatakan, bir buatannya berasal dari bahan gandum pilihan yang berkualitas.

“Saat pertama, ada ruang stok malt sebagai tempat untuk menyimpan semua stok malt yang diimpor dari luar negeri dan berbahan utama gandum atau malt. Gandum banyak jenisnya, ada yang hitam, warna kuning kecoklatan
Fungsinya agar kandungan gula nantinya difermentasikan. Selain itu, juga ada kandungan protein, mineral dan vitamin. Namun, setiap satu jenis memiliki fungsinya masing-masing,” katanya.

Disebutkan, untuk proses pertama, gandum pilihannya direndam, dicampur dan diaduk dengan air. Kemudian, dipanaskan secara konsisten hingga menjadi gula dan disaring. Hasil saringannya disebut wort, dipanaskan, lalu ditambah hops. Kemudian, yeast ditambahkan kedalam wort hingga terjadi proses konversi gula menjadi alkohol, sehingga terjadi proses fermentasi, yang berlangsung selama 2-3 minggu.

“Disini, fermentasi itu proses perubahan dari gula menjadi alkohol, prosesnya memakan waktu sekitar 2-3 minggu, tergantung resep brewery masternya. Ketika difermentasikan kadar gulanya ketika melalui proses fermentasi menurun dan alkoholnya naik,” rincinya.

Ditambahkan, proses berikutnya disebut maturasi, untuk mengeluarkan rasa dan kejernihan bir serta membuatnya fresh lebih lama. Setelahnya, bir difiter, agar dihasilkan bir yang jernih.

“Setelah proses fermentasi, kita pindahkan ke tangki penyimpanan atau tangki eging. Disini bakal stay dan terjadi proses alami, selama dua bulan,” tambahnya.

Sembari mengajak rekan-rekan media meninjau langsung proses pembuatan bir buatannya, Marketing Manager, Christina Natalia yang disapa Nana menyatakan, bahwa proses terakhir disebut pengisian. Bir yang sudah jernih diisi kedalam barrel dan proses pengisiannya menggunakan mesin otomatis, untuk menjaga bir selalu dalam kondisi higienis.

“Stasiun pengisian ini, bermainnya bukan jual botolan, tapi jualnya barrel dan segmen sasaran ke restoran,” pungkasnya.

Selanjutnya, Nana menambahkan, dari tangki penyimpanan, birnya ditransfer melalui pipa-pipa ini, lalu dimasukkan ke dalam barrel.

“Jika sudah terisi didalam barrel, birnya bertahan lama. Namun, setelah dibuka itu, birnya optimal 3-5 hari lamanya. Demikian juga, jika barrel telah dibuka, minimal 7 hari sudah basi atau expired. Jadi, harus habis, kalau tidak begitu, rasanya akan berubah,” tutupnya. ace

Berita Lainnya

More From Author

+ There are no comments

Add yours