DENPASAR, Media Bali – Festival Seni Bali Jani (FSBJ) II tetap digelar meski pandemi Covid-19 masih menyebar. Festival yang menjadi wadah pagelaran seni modern, kontemporer, dan inovatif ini akan digelar secara virtual selama sepekan antara 31 Oktober s.d. 7 November 2020 mendatang.
Kepala Dinas Kebudayaan Bali, Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana, S.Sn., M.Sn., mengatakan seluruh rangkaian festival akan disiarkan melalui kanal YouTube Dinas Kebudayaan Bali dengan mengusung tagar utama

“Format festival ini diharapkan dapat menjangkau seluas-luasnya kemungkinan kreatif atas pengolahan virtual sebagai konsep, merujuk upaya elaborasi dan eksplorasi terkait estetik, stilistik, teknik artistik dan tematik, serta wahana atau media dalam penyajiannya,” katanya di Denpasar, Selasa (22/09/2020).
Format penyelenggaraan yang berbasis virtual ini merupakan bentuk transformasi sosial bagi masyarakat Bali. Ada proses alih pengetahuan dan keterampilan yang terjadi serentak di Bali terkait proses persiapan dan produksi suatu pementasan karya seni komunal secara daring, termasuk bagaimana cara publik menikmati serta menikmati sajian tersebut.
“Ini bukan semata festival kesenian, melainkan juga sebuah upaya bersama menjaga optimisme masyarakat di tengah rundungan Covid-19. Melalui program seni yang berkesinambungan secara terencana, terkelola, dan terlaksana dengan baik, diharapkan menumbuhkan solidaritas masyarakat agar peduli pada sesama, sigap-tanggap dalam menghadapi kesulitan dan problematik sosial. Seni bukan hanya menghadirkan keindahan, melainkan juga seruan kesadaran,” ucap ‘Kun’ Adnyana
Ketengahkan Tema “Candika Jiwa: Puitika Atma Kerthi”
FSBJ II tahun 2020 digelar sebagai implementasi dari Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru, serta Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali. Adapun tema yang diambil adalah “Candika Jiwa: Puitika Atma Kerthi”, bermakna semesta kreativitas terkini dalam “mencandikan” jiwa, spirit, taksu, atau ide-ide cemerlang.
“FSBJ II bukan hanya merespon secara kreatif dan inovatif situasi pandemi Covid-19, namun berpijak pula pada konsep utama yakni eksplorasi, eksperimentasi, lintas batas, kontekstual, dan kolaborasi,” terang ‘Kun’ Adnyana.
Sementara itu, Kurator FSBJ II, Prof. I Gede Arya Sugiartha, mengatakan pola yang digagas sebagai kerangka pelaksanaan festival diharap dapat membuka ruang seluas-luasnya untuk ragam kreativitas dan ekspresi seni baru yang modern maupun kontemporer melalui eksperimentasi berbagai medium atau media, namun tetap berbasis atau mengeksplorasi tradisi atau nilai lokal Bali.
Lebih jauh, festival diharap dapat menjadi pelebur sekat-sekat antar bidang seni melalui kerja sama kolaborasi dalam seni alih media, multimedia, maupun transmedia yang bersifat lintas batas sekaligus senantiasa kontekstual dengan kekinian.
Sama dengan festival sebelumnya, FSBJ II akan menghadirkan enam sub kegiatan, yakni pawimba (lomba), adilango (pergelaran), megarupa (pameran), timbang rasa (sarasehan), beranda pustaka (bursa buku), dan Penghargaan Bali Jani Nugraha. Pawimba terdiri dari delapan jenis, yakni video TikTok Bali Jani (tingkat umum), musikalisasi puisi (tingkat umum), teater modern (tingkat SMA/SMK), seni lukis (tingkat SMP/SLB), naskah drama (tingkat umum), vlog kuliner (tingkat umum), artikel jurnalistik (tingkat umum), dan karya cipta fotografi (tingkat umum).
Adilango akan menampilkan 26 komunitas seni modern dan/atau kontemporer. Pameran Bali Megarupa akan digelar di Museum ARMA, Ubud antara 28 Oktober s.d. 10 November 2020 secara daring dan luring. Eksibisi melibatkan lebih kurang 35 perupa yang akan menampilkan mural, video art, seni lukis, serta patung dan karya tiga dimensi lainnya. Timbang rasa akan menghadirkan tujuh tema yang digelar secara daring, sedangkan bursa buku akan digelar secara langsung danvirtual. 005