DENPASAR, Serbi Bali- Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan Anggrek. Dari 700 spesies Anggrek yang ada di Indonesia, sekitar 25 persen berada di Bali. Selain itu, begitu banyaknya ragam Anggrek yang sudah menyebar di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, akan ditelusuri lagi jenis Anggrek Lokal yang ada di Bali.
Untuk itu, Bali akan melaksanakan Festival Anggrek Internasional dimulai 4-14 Mei 2023. Bahkan, Pameran Anggrek ini diakuinya sebagai Festival Anggrek terbesar di Indonesia yang kini berada di Bali dengan durasi terpanjang selama 10 hari.
“Maka dari itu, kami mengajak masyarakat Bali untuk mengembangkan Anggrek, karena Anggrek ini memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Hal itu berpotensi menghasilkan duit atau rupiah,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Kadistan) Provinsi Bali Wayan Sunada didampingi Owner Duta Orchid Garden, Ni Wayan Sri Laba, saat konferensi pers di Lapangan Renon, Denpasar, Selasa, 2 Mei 2023.
Disebutkan, Pameran Anggrek Internasional ini bertujuan untuk mengembangkan dan memperkenalkan kembali ragam komunitas Anggrek Lokal Bali yang ada di Indonesia dan hibrida turunannya, karena Anggrek memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Selain itu, Festival Anggrek digelar untuk melestarikan budaya menanam Anggrek di lahan pekarangan rumah serta memperkenalkan Anggrek spesies Indonesia, khususnya di Bali, dalam rangka meningkatkan kepedulian terhadap status konservasi lingkungan.
“Untuk di Bali, bukan pertama kali, dulu ada Festival kita laksanakan, tapi tidak semegah sekarang, tidak selama serta tidak sebanyak ini. Untuk itu perlu dimasyarakatkan Anggrek kepada konsumen dalam upaya menstabilkan produksi,” jelasnya.
Kadistan Wayan Sunada juga menambahkan, bahwa Festival Anggrek Internasional ini melibatkan tiga delegasi asing, seperti Singapura, Malaysia dan Thailand dan direncanakan akan diagendakan setiap tahunnya guna meningkatkan citra holtikultura khususnya Anggrek unggulan lokal.
“Kita libatkan tiga delegasi asing, tapi untuk Nasional seluruh Indonesia kita ajak bergabung disini, agar Anggrek itu membumi,” terangnya.
Oleh karena itu, Kadistan Wayan Sunada berharap, agar masyarakat mengembangkan jenis Anggrek, terutama Anggrek lokal, dikarenakan jumlahnya hampir punah.
“Contohnya Anggrek Lenjong dan Anggrek lainnya dan kita juga sudah kembangkan itu. Kita punya juga pengembangan di Luwus untuk Anggrek lokal di Bali,” tandasnya.
Untuk potensi bisnis Anggrek kedepannya, diakuinya sangat bagus. Bahkan, sekarang sudah banyak komunitas yang meresponsnya dan Anggrek terbesar justru ada di Bali, tepatnya di Baturiti, Kabupaten Tabanan.
“Kalau kita lebih memahami bagaimana caranya kita merawat Anggrek, sebetulnya pemeliharaan Anggrek sangat mudah sekali. Kalau itu sudah tumbuh, kita cukup rajin menyiramnya dan diisi pupuk. Buktinya, kami di rumah itu, ada beberapa tanaman Anggrek, kita cukup menyiram pagi dan sore hari, itu sudah cukup, akan mengeluarkan bunga yang sangat indah dan sangat cantik digemari masyarakat,” paparnya.
Sementara itu, Owner Duta Orchid Garden, Ni Wayan Sri Laba memaparkan, potensi pengembangan Anggrek secara Nasional masih memungkinkan dilakukan di Bali, asalkan, perekonomian di Bali membaik.
“Tidak ada pandemi seperti kemarin. Saya pikir masih bagus untuk pasar Bali,” tegasnya.
Terkait kendala, Sri Laba menyebutkan dalam perawatan Anggrek harus telaten seperti halnya merawat bayi.
“Pada dasarnya adalah kedisiplinan, kalau kita mengembangkan tanaman Anggrek,” terangnya.
Untuk minat masyarakat sendiri terhadap pengembangan Anggrek, Sri Laba menambahkan minatnya sangat luar biasa dengan harga relatif. Untuk itu, Sri Laba berkeinginan mengedukasi masyarakat untuk menanam Anggrek berkualitas sehingga dipelihara berkelanjutan.
“Kalau Anggrek dipelihara dalam 6 bulan, saya pikir bisa berbunga. Tapi, tanaman itu tidak akan kuat. Untuk itu perlu edukasi tentang penanaman Anggrek,” jelasnya.
Terkait keunggulan Anggrek dibandingkan bunga lainnya, Sri Laba memaparkan jika Anggrek memiliki ketahanan bunga Anggrek sangat lama dan Anggrek akan berbunga kembali, jika yang menerima senang memeliharanya.
“Seperti cerita teman saya yang memberikan hadiah Anggrek kepada sahabatnya. Pada saat Ulang Tahun (Ultah) kemudian diberi rangkaian Anggrek. Itu Anggrek yang setahun lalu diberikan, seperti itu sebagai hadiah yang bisa dinikmati sepanjang masa,” jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya akan terus mengedukasi masyarakat mengenai sistem perawatan Anggrek sehingga ada ketertarikan memelihara tanaman Anggrek akan terus berkelanjutan, seperti Anggrek Bulan yang kini beredar di pasaran sebagai hiasan dekorasi.
“Anggrek Bali sesuai dengan didengungkan Ketua kami, Ibu Putri Koster bagaimana melestarikan Anggrek-Anggrek yang ada di Bali. Karena saya ingat sekali, zaman dulu di pekarangan pasti ada Anggrek. Nah, bagaimana cara mengembalikan seperti itu semua, sehingga Anggrek yang ada di Bali dipelihara kembali. Jadi, perlu ada Anggrek Bulan yang kecil-kecil itu yang selalu ada di pekarangan masyarakat, itu yang kita harapkan,” pungkasnya. (ace)
+ There are no comments
Add yours