BADUNG, SERBIBALI.COM – “bares” tetap muncul dari benak Giri Prasta, yang kini menjadi Bupati Badung, dan calon Bupati yang akan ikut pilkada 9 Desember 2020.Ketika melakukan dialog dengan tokoh-tokoh Relawan Giriasa Sabtu (15/8) di tempat tinggalnya di Plaga, Petang, Giri didampingi calon wakilnya Ketut Suiasa mengatakan, tsunami Corona (Covid-19) kali ini merupakan cobaan Tuhan Yang Mahakuasa.Kondisi tersebut melanda dunia, di mana semua negara mendapat persoalan ekonomi dan kesehatan. Tetapi ia yakin, wabah Corona akan berakhir.
Suatu saat, jika kondisi normal kembali, ekonomi Indonesia khususnya Badung membaik – maka berbagai program pembangunan di Badung pasti dilanjutkan.Giriasa, panggilan sehari-hari pasangan Giri Prasta/Ketut Suiasa punya cita-cita tetap menjadikan Badung Smart City. Teknologi informasi, harus menjadi bagian hidup masyarakat Badung di zaman global ini.
“Jika perlu semua Rumah Tangga (keluarga) Badung mendapat wifi gratis. Suatu saat, semua pemangku Dadia juga mendapat tunjangan. Dan tidak mustahil suatu saat nanti Ketua Sekehe Taruna/Taruni, dapat gaji seperti Klian Dinas,” kata Giri Prasta disambut tepuk tangan para tokoh Relawan Giriasa dipimpin Wayan Tirta.Selama ini Mangku Khayangan Tiga sudah diberikan tunjangan, sama halnya dengan para sulinggih. Para lansia juga mendapat tunjangan. Orang lahir, sekolah, sampai mati juga mendapat tunjangan.
“Kenapa hal itu kami lakukan. Mereka semua itu penduduk Badung. Kalau kondisi memungkinkan Mangku Dadia dan Ketua Muda/Mudi, juga diusulkan dapat tunjangan seperti yang lain,” kata petahana itu menyatakan komitmennya dengan serius.Saya tidak menyangsikan janji Giri Prasta itu. Kalau APBD Badung terus dapat ditingkatkan di mana salah satu melalui Pendapatan Pajak Hotel dan Restoran (PHR) – tidak mustahil semua janji sosok “bares” itu terlaksana. Tentu saja dasarnya adalah kepatutan dan regulasi. Sekali pun ada regulasi dan patut, kalau tidak ada sosok yang berkomitmen di belakang aturan itu, apa pun tidak akan dirasakan masyarakatnya.
Dari dulu, zamannya I Gusti Alit Putra sampai zaman Anak Agung Gde Agung memimpin Badung, daerahnya sudah dikenal makmur. APBD-nya besar. Tetapi berapa besar dapat dimanfaatkan rakyat secara langsung di zaman itu?
Mungkin ada. Tetapi tidak dirasakan seperti saat zaman Giriasa selama ini. Saya melihat kebijakan itu bukan bertujuan “memanjakan” rakyat. Tetapi membagi hasil kerja bersama untuk kesejahteraan masyarakat. Siapa pun menjadi pemimpin, tidak akan mampu mengisi saku rakyatnya satu persatu. Tetapi otoritas akan membantu masyarakat, untuk kepentingan bersama.Giriasa mengakui, ada satu dua yang mengeluh, katanya tidak dapat apa-apa. Mereka lupa, anaknya sekolah gratis, keluarganya berobat gratis, pelayanan cepat, dan membangun di banjar dan di desa mereka tidak kena Iuran lagi.
Prinsip dasarnya, Giriasa ingin meringankan beban masyarakat Badung, sebab sehari-hari masyarakat sudah banyak disibukkan dengan berbagai upacara keagamaan di Pemerajan (Sanggah), Pura Dadia, Pura Khayangan Tiga sampai Pura Sad Khayangan. Belum lagi upacara keagamaan lain yang begitu banyak seperti Galungan, Kuningan, Nyepi dan seterusnya.“Begitu sibuknya, apa salahnya sebagian diringankan pemerintahnya sendiri?”, kata Giri Prasta yang akan berjuang menduduki jabatan serupa, Bupati Badung untuk jilid II.Sekali pun dukungan mengalir ke rumahnya, Giriasa tetap minta relawan serius dalam membantu memenangkan pilkada Badung tahun 2020 ini. [Made Nariana]