Miris!!! Abrasi Porak Poranda Kawasan Pesisir Pebuahan Jembrana Breakwater PPN Pengambengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Disebut Ray Sukarya Jadi Pemicu Mutlak Abrasi dan Erosi Pantai

3 min read

JEMBRANA,SERBIBALI.COM-Kini, kawasan pantai pesisir Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana kondisinya sangat memprihatinkan.

Pantai pesisir Pebuahan yang dulu dikenal sebagai kawasan wisata, kini, kondisinya telah hancur porak poranda diterjang gelombang pasang yang sangat ganas.

Mirisnya lagi, abrasi yang kian parah di lokasi tersebut telah berlangsung bertahun-tahun, yang mengakibatkan 15 unit lesehan, 25 unit warung dan 50 tempat tinggal hancur disapu gelombang pasang hingga sejumlah warga menderita kerugian materi mencapai milyaran rupiah.

Sementara itu, saat dikonfirmasi, pada Selasa (8/2/2022), Ketua BPW LSM Jarrak Bali, I Made Ray Sukarya mengaku kesal lantaran abrasi di kawasan pesisir Pebuahan Jembrana hingga kini belum mendapatkan penanganan serius.

Bahkan, hasil temuan di lapangan, Ray Sukarya menyebutkan faktor penyebab abrasi dan erosi yang kian ganas menerjang kawasan pesisir Pebuahan itu, ternyata, mutlak berasal dari pembangunan Breakwater PPN Pengambengan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Menurut Ray Sukarya, hal ini berdampak pada pembentukan tanah timbul di sisi timur Breakwater dan erosi terus terjadi di sepanjang pantai sisi barat dari Breakwater.

“Ini berdampak erosi bahkan abrasi di sepanjang pantai Cupel, Baluk Rening dan terus sampai Pebuahan,” tegas Ray Sukarya.

Kemudian, dipaparkan, pada akhir tahun 2018, ada sebuah penemuan baru yang dipasang di lepas pantai Pebuahan, yang secara fungsi “mungkin” tidak berhasil. Hal ini, mengingat tidak ada dampak significant pada areal pantai. Untuk itu, pihaknya sedang mencari tahu, sumber dana dari kontruksi ini.

Terkait bangunan yang tidak berfungsi baik ini, disebutkan direksi akan melakukan klarifikasi pada Balai Teknik Pantai, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang patut dipertanyakan mengapa dipaksakan dan menurut informasi lapangan, hal ini sebagai produk penemuan baru yang dicoba diterapkan.

Pasalnya, inti awal masalah adanya Breakwater pelabuhan Pengambengan terkait panjang, bentuk dan lokasi. Kemudian, merembet saat dampak bangunan tidak diperhitungkan.

“Terus BWSBP coba bantu untuk proteksi revetment. Itu benar, tapi gak semuanya, karena mahal. Bentuk Breakwater yang salah, jadi, boros. Itu dipaksakan dan endingnya malah masih rusak,” jelas sumber.

“Sumber kami menyampaikan, kerusakan pantai dipicu oleh adanya breakwater milik PPN Pengambengan yang memutus alur transportasi sedimen secara total, sehingga sedimen pantai di hilir mengalami defisit. Kekurangan suplai ini secara langsung berdampak pada erosi di pantai sisi barat dari Breakwater. Jadi, Cupel, Baluk Rening dan Pebuahan terkena dampaknya. Kami tidak ingin mencari pihak yang harus bertanggung jawab pada kerusakan ini. Namun, penanganan setempat dan sepotong tidak akan menyelesaikan masalah,” bebernya.

Kembali menurut sumber redaksi, penanganan di daerah erosi harusnya dengan perkuatan tebing (armoring). Hal ini berhasil menghambat kemunduran pantai di Cupel dan sekitarnya. Proteksi ini harusnya dilakukan di sepanjang pantai tererosi.

“Jadi, sumber masalah jelas, solusi harusnya ada dan saat ini perlu sebuah kepedulian dari semuanya, untuk menyikapi permasalahan ini. Karena, kerusakan ini telah lama terjadi dan masyarakat telah dirugikan secara moral dan material terkait hal ini,” terangnya.

Lanjutnya, solusi yang harus dilakukan melalui sistem groin (krib) sepanjang pantai, lalu revetment (senderan) sepanjang pantai dan memperbaiki arus sedimen yang terhenti akibat Breakwater melalui sand by passting secara rutin.

Untuk itu, Ray Sukarya mengingatkan permasalahan ini perlu mendapat perhatian serius para pihak yang terkait, dalam hal ini, Kementerian PU Pera (Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat), Kementrian Kelautan dan Perikanan serta instansi daerah, karena kerusakan ini akan terus terjadi, jika tidak ada penanganan yang tepat. ace

Berita Lainnya

More From Author

+ There are no comments

Add yours