Wacana Dibangun SMAN, Budayawan Khawatirkan Nasib Kokar

2 min read

GIANYAR, Media Bali – Wacana akan adanya pembangunan SMA Negeri yang baru di areal SMKN 3 atau Konservatori Karawitan Indonesia (Kokar) Sukawati dikhawatirkan menimbulkan keresahan sosial budaya. Kehadiran SMA yang baru tersebut dikhawatirkan bisa menghilangkan salah satu lembaga yang mencetak seniman di Bali khususnya di Gianyar.

Budayawan Prof. Dr. I Wayan Dibia menjelaskan, jika rencana itu dilakukan maka akan merugikan kedua belah pihak. “Jika sebagai sekolah kesenian SMKN 3 Sukawati tidak berjalan secara maksimal, saya khawatir Bali akan kehilangan salah satu lembaga yang menjadi menyangga utama dari kehidupan seni budaya Bali,” jelasnya, Kamis (10/12).

Dalam kesempatan itu, Prof Dibia yang alumnus Kokar 1969 ini khawatir Sekolah Kesenian kebanggaan masyarakat Bali sungguh-sungguh akan mengalami nasib yang malang. “Rumah lamanya sudah diambil lembaga lain (SMK 5 Denpasar) dan kini ada wacana sebagian areal rumah barunya akan dibangun SMAN,” tandasnya.

Pria yang praktisi budaya ini juga semakin terkejut, mengetahui sekitar bulan September 2020 lalu ada tim dari Provinsi Bali untuk mengukur di sekolah tersebut. “Tidak main-main, bangunan sekolah baru ini katanya akan mengambil sebagian besar ruang belajar SMKN 3 Sukawati termasuk auditorium mereka. Jika semuanya ini benar, akan dibawa kemana SMKN 3 Sukawati?,” ungkapnya.

Dia melanjutkan, kebijakan untuk membangun SMAN di areal kampus SMKN 3 menunjukkan sebuah kebijakan yang tidak didasarkan atas pemikiran yang holistik dan matang. Sebab, sebagai Sekolah Kesenian membuat keramaian seni, menari, menyanyi, menabuh gamelan, bermain musik, adalah surga bagi siswa. “Di sisi lain, SMA adalah sekolah membutuhkan ketenangan, sehingga keributan kesenian adalah neraka bagi mereka,” imbuh pria asal Desa Singapadu ini.

Sementara Kokar Bali adalah Sekolah Kesenian yang telah memelopori banyak hal terkait dengan pembangunan kesenian Bali. Kepeloporan Kokar Bali terlihat pada beberapa hal, seperti modernisasi sistem pendidikan kesenian di Bali. Tari sistem pendidikan tradisional yang mengutamakan kemampuan praktik melalui metode imitasi menjadi sistem pendikan modern yang menyeimbangkan teori dan praktik melalui metode instruksi (termasuk deskripsi dan analisis). Demokratisasi seni dengan membuka ruang belajar kesenian kepada para remaja putra dan putri.

Sementara ditemui terpisah, Kepala SMKN 3 Sukawati I Gusti Ngurah Serama Semadi mengetahui terkait rencana pembangunan SMAN tersebut. Hanya saja, ia dan pihaknya di sekolah enggan berkomentar. “Kami belum berani komentar terkait hal itu. Kalau bisa silahkan langsung ke Dinas Pendidikan Provinsi Bali,” tandasnya. ctr

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours